More than just Travel. But also Cultures, Friendship, and Experiences

Tuesday, 7 July 2015

Mencari Surga di Tanah Para Dewa

"Kebersamaan, keindahan dalam sebuah perjalanan. Selalu ingin saya ulang dan nantikan saat-saat seperti ini." (Wahyu Adi Sutrisno)

Saya akan mencoba berbagi kisah perjalanan kami bertiga selama di Dieng pada Kamis 29 Mei 2014 selama 2 hari 2 malam. Perjalanan bus memakan hampir 7 jam dari Semarang menuju Dieng dikarenakan faktor macet dan menunggu bis lewat. Basecamp pendakian gunung Prau Patak Banteng menjadi tujuan pertama.Sekitar pukul 16:00 kami memulai pendakian dan berharap bisa mendirikan tenda di puncaknya dan bermalam disana. Tiga jam pendakian dengan medan yang cukup terjal dan meenguras tenaga. Selama pendakian nampak gagahnya Gunung Sindoro Sumbing, pohon Caricha, kebun-kebun penduduk, dan Telaga Warna dari kejauhan.  Sesampainya di puncak, kami segera mendirikan tenda untuk beristirahat dan bermalam, agar bisa menanti sunrise esok pagi. Suhu puncak Prau terkenal sangat dingin.

Sunrise Gunung Prau
Pukul 08:00 pagi kami putuskan turun dan tiba di basecamp pada pukul 10.00. Kesepakatan hari kedua adalah menyusuri tempat wisata Dieng lainnya. Hujan turun cukup deras. Setelah reda kamipun melanjutkan perjalanan. Sebelum memulai perjalanan kami sempatkan untuk membeli Carica yaitu buah khas dari Wonosobo yang katanya hanya tumbuh di dataran tinggi Dieng, dua macam Carica  kami beli. Dalam bentuk manisan maupun yang masih buah mentah. Bus mini yang ditunggu akhirnya datang. Ongkos Rp 2.000 dari basecamp Patak Banteng  menuju kawasan komplek Candi. Kelok jalan dan pemandangan yang mantap telah menghilangkan lelah. Yang ada hanya lukisan keindahan dari-Nya. Sekitar 15 menit kami sudah sampai di kawasan Candi. Selain terdapat beberapa candi, kawasan ini juga dihiasi dengan rumput yang segar dan anekan bunga yang tumbuh mengelilingi.
Sunrise Gunung Prau

Dari komplek candi kita berlanjut jalan ke kawasan kawah Sikidang yang jaraknya kurang lebih 3 Km. Menuju kawah Sikidang kami tempuh dengan jalan kaki ala backpacker. Dengan berjalan kaki kami lebih bisa merasa menikmati alam, menikmati kebersamaan dan benar-benar bisa merasakan liburan sambil bercanda.
Kawasan Candi Arjuna
Di setiap kawasan wisata kita membayar retribusi yang berbeda-beda. Namun ada juga tiket terusan sekali bayar untuk 3 obyek wisata sekaligus yaitu Komplek Candi Arjuna, Kawah Sikidang, dan Telaga Warna. Biaya yang diminta terbilang masih terjangkau. Hujan gerimis menemani perjalanan menuju kawah Sikidang. Di jalan banyak ditemui kentang sisa panen yang diantaranya telah membusuk. Sampai di kawah Sikidang, Saya lupa tidak membawa masker.  Untung banyak yang menjual masker. Di tengah bau asap belerang terdapat hiburan para pengamen yang memakai angklung sebagai alat utamanya ditambah gendang dan alat musik tradisional lain di gerbang masuk. Selain itu juga ada beberapa kios penjual aneka macam aksesoris untuk oleh-oleh.
Kawah Sikidang
Dari kawah Sikidang kita lanjut ke Telaga warna dan tetap jalan kaki, Hahahaha. Telaga warna tersohor menjadi salah satu destinasi utama saat berkunjung ke Dieng. Warnanya yang kehijauan membuat daya tarik tersendiri sementara disebelahnya terdapat telaga pengilon yang berwarna kecoklatan. Retribusi untuk menikmati kawasan ini cukup murah, yaitu Rp 2.000. Terdapat kawasan goa di dalam kawasan Telaga Warna. Karena hari sudah sore dan masih gerimis kami urungkan niat untuk bermain ke goa dan memilih menikmati Telaga Warna.
Telaga Warna

Sore menjelang kami pun harus segera pulang sebelum kehabisan angkutan menuju Semarang. Dan tidak lama berselang hujan kembali deras. Sekitar pukul 17:00 hujan mulai reda kami pun bergegas untuk pulang. Sebelum itu kami harus ke ATM karena uang tunai yang ada sangatlah kurang. ATM yang ada terletak di komplek candi. Terlalu jauh dan lama untuk berjalan kaki. Akhirnya salah satu diantara kami memilih ngojek menggunakan uang patungan bertiga. Alhamdulillah uang bisa diambil untuk ongkos pulang Semarang. Hahahaha 

Selalu ada hiburan di setiap perjalanan, selalu ada cerita disetiap kota. Sampai akhirnya di dalam bus yang membawa kami ke Semarang. Sepertinya kami terlalu menikmati kecapekan dan pulas tertidur. Jarak yang jauh, waktu tempuh yang lama pun sudah tidak kami rasakan. Pukul 11 malam akhirnya kami tiba di rumah. Kebersamaan, keindahan dalam sebuah perjalanan. Selalu ingin saya ulang dan nantikan saat-saat seperti ini. See you next trip kawan.

Oleh: Wahyu Adi Sutrisno

0 comments:

Post a Comment

We Are Backpacker Semarang

We Are Backpacker Semarang
Komunitas Backpacker Semarang merupakan sebuah komunitas travelling yang ada di kota Semarang.

Yang Sering Dibaca

Instagram @bpisemarang